SUARAPEMBAHARU - Menanggapi peluncuran roket terbaru yang dilakukan Pyongyang, Minggu (7/2), Amerika Serikat (AS) mengambil langkah resmi dengan mengerahkan sistem pertahanan rudal AS di Korea Selatan (Korsel). Menurut para analis, langkah tersebut akan meningkatkan tekanan kepada Beijing supaya sekutu utamanya mau mentaati peraturan.
Di sisi lain, para analis juga menyoroti bahaya yang melekat dalam perbedaan menangani ancaman militer dari Korea Utara (Korut), serta sebagai pertanda buruk peningkatan persenjataan jika Tiongkok merasa terancam oleh peluncuran itu.
Beberapa jam setelah Korea Utara meluncurkan roket jarak jauh, Minggu, para pejabat militer Korea Selatan dan Amerika Serikat segera mengumumkan memulai pembahasan resmi yang akan menempatkan Terminal High Altitude Area Defence System (THAAD) di gerbang depan Korea Utara.
“Alasannya, ini dinyatakan sebagai kebutuhan yang nyata untuk menaikkan sikap pertahanan aliansi militer Korea Selatan-AS terhadap ancaman Korea Utara yang meningkat,” ujar Yoo Jeh-Seung, wakil menteri pertahanan Seoul bidang kebijakan, Senin (8/2).
Menurut landasan pemikiran Yoo, kesalahan fatalnya adalah pasca ledakan nuklir keempat Korea Utara, pada 6 Januari dan peluncuran roket yang dilakukan Senin. Kedua aksi itu dianggap luas sebagai uji coba rudal balistik terselubung.
“Percobaan nuklir ditambah dengan pengujian teknologi rudal balistik selalu punya kecenderungan memperkuat argumen bahwa Korea Selatan perlu meningkatkan pertahanan rudalnya,” kata Ben Goodlad, analis senjata di IHS bidang Ruang Angkasa, Pertahanan dan Keamanan.
Akan tetapi, di luar logika strategis ada langkah diplomatik yang sangat penting – menunjukkan pada ahirnya pengerahan THAAD itu mungkin karena kurang termotivasi oleh apa yang dilakukan Korea Utara dan lainnya oleh apa yang tidak dilakukan oleh Tiongkok.
Di sisi lain, Tiongkok adalah pelindung diplomatik utama bagi Korea Utara, sehingga baik Washington dan Seoul mendesak Beijing untuk mengambil tindakan tegas terhadap Pyongyang atas program senjata nuklirnya.
Tapi Tiongkok, sangat khawatir dengan konsekuensi keruntuhan Korea Utara di wilayah perbatasan sehing sehingga menolak menjatuhkan sanksi sebelumnya. Penolakan itu sepertinya akan dilakukan lagi pada saat debat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), sebagai respons terhadap provokasi terbaru Pyongyang.
Menurut Joe Wit dari Lembaga AS-Korea di Johns Hopkins University sekaligus pendiri situs Korea Utara, 38North, rasa frustasi terhadap sikap Tiongkok telah mendorong kemungkinan pengerahan THAAD di Korea Selatan.
“Ini adalah cara mengirim sinyal ke Tiongkok bahwa apa yang dilakukan Korea Utara benar-benar memiliki konsekuensi nyata, termasuk konsekuensi bagi kepentingan keamanan Beijing sendiri,” ungkap Wit.
Tiongkok pun segera meresponsnya dengan cepat dan secara tegas bernada negatif.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying mengatakan langkah tersebut akan meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea, merusak perdamaian dan stabilitas regional, serta kembali mengatur upaya-upaya demi mengatasi situasi nuklir di Korea Utara.
“Kami menuntut negara-negara yang bersangkutan lebih bijaksana,” tutur Hua. (BS)
Post a Comment