Aan Hariyanto |
Full Day School hanya bahasa lain dari kebiasaan masyarakat kita. Dulunya, agar anak berilmu dan Beragama, maka orang tua berbondong-bondong menyuruh anaknya nyantri. Akrab sekali istilah itu dengan aktitas mondok di Ponpes. Lantas kenapa seolah itu baru dan unhistoris?. Sehingga saat ini istilah full day school itu ramai diperdebatkan. Bahkan muncul pro dan atau kontra? Jadi Pertanyaan besar memang!,
Jangan sampai penolakan ini didasarkan karena ketidak sukaan atas terpilihnya Mendikbud baru yang BERENCANA menerapkan itu. Atau karena ada faktor dan motif lain yang negatif dan sifatnya menjatuhkan?. Semoga saja tidak.
Mendikbud hanya berkeinginan agar karakter dan moral siswa lebih dikuatkan lagi. Tidak lain.
Menurut menteri, full day school COCOK untuk membenahi degradasi dan dekadensi moral anak-anak Indonesia seperti saat ini. Bukan untuk menambah beban guru atau membuat murid jadi terkungkung, terbebani, waktu bermain kurang, serta aktivitas lain juga berkurang. Bukan untuk itu.
Full Day School ini upaya baik dari Mendikbud untuk mencetak generasi yang bermoral, unggul dan cinta tanah air. Jadi jangan ada phobia, terutama orang tua. Masa' ga mau anaknya baik???
Post a Comment