SUARA PEMBAHARU, - Geliat Kota Manado menjadikan Daerah Tujuan
Wisata (DTW) terus berkembang. Berbagai iven bertaraf internasional selang 2010
hingga 2015 dilaksanakan di ibukota Provinsi Sulawesi Utara ini. Mulai
dari Meeting, Incentive, Converence dan
Exhibition (MICE), hingga berbagai ivent olahraga, pemerintahan dan budaya
terus dimaksimalkan.
Tekad Pemerintah Kota Manado melalui Walikota
DR Ir GS Vicky Lumentut (GSVL) menjadikan Manado sebagai sentral di kawasan
Indonesia Timur dan pusat perkembangan berbagai ivent di kawasan bibir Asia
–Pasific terus digenjot.
Alhasil, selain Kota Manado mendunia, seiring
melonjaknya kunjungan wisatawan ke daerah ini, juga multiplayer effect yang
dihasilkan mulai terasa bagi warga Kota, terutama dengan berubahnya pola pikir
kearah yang lebih baik. Bertumbuhnya tingkat hunian hotel berbintang serta
sejumlah restoran bonavit plus kawasan pembelajaan dan tempat hiburan, ikut
menjadi daya ungkit serapan tenaga kerja di Kota Manado.
Selain itu, Manado juga diperkaya dengan berbagai kawasan wisata
dan cagar budaya. Tercatat ada 30 objek wisata dengan 66 cagar budaya, yang
terletak di ujung jazirah utara pulau sulawesi, pada posisi geografis
124°40' - 124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU.
Dengan luas wilayah daratan 15.726 hektare. Manado termasuk kota
pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer, dan dikelilingi
oleh perbukitan dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan
berbukit dengan sebagian dataran rendah di daerah pantai.
Interval ketinggian dataran antara 0-40% dengan puncak tertinggi di gunung
Tumpa.
Gunung Tumpa adalah kawasan ekowisata yang
menyimpan kekayaan alam flora dan fauna endemic, memiliki daya tarik bagi
pengembangan wisata alam. Manfaatnya sangat besar, salah satunya mendongkrak
perolehan kunjungan wisatawan (lokal, nusantara dan mancanegara), dan sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menjadi sarana wisata pendidikan, penelitian,
tracking, hiking dan pelestarian lingkungan, konservasi fauna langka seperti
Monyet hitam (Maccaca nigra), Tangkasi (Tarsius spectrum), Kus-kus kerdil
(Stigo kus-kus Celebensis), Babi rusa, Rusa dan beberapa jenis koleksi burung
langka (Moleo, Rangkong/burung Taong).
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau bunaken, pulau
Siladen dan pulau Manado Tua, yang memiliki pemandangan luar biasa yang
menyimpan banyak specis langka, diantaranya ikan purba Coelacanth, hingga di
kenal dunia. Banyak turis asing menghabiskan waktu pelesirnya dikawasan ini,
termasuk petinggi negeri Paman Sam USA.
Bahkan, saat Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk
Indonesia, Robert Blake bersama keluarga serta Konjen AS di Surabaya Mr Joaquin
F Monserrate didampingi Walikota DR Ir GS Vicky Lumentut bersama istri
Prof DR Paula Runtuwene MS DEA, berkunjung ke pulau Bunaken, pada awal Januari
2015 lalu, menyempatkan diri menanam pohon Sirsak serta beribadah bersama
jemaat GMIM Ayalon, Kelurahan Alungbanua. Menariknya, petinggi negeri paman Sam
ini juga diajak mencicipi makanan khas Tinutuan di kawasan wisata kuliner
Wakeke.
Selain kawasan wisata kuliner Wakeke, untuk menunjang pariwisata
dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan, GSVL mengeluarkan kebijakan
dengan menetapkan kawasan pantai Malalayang dan sekitarnya sebagai lokasi
pengembangan klaster wisata kuliner tradisional.
Penetapan pantai Malalayang sebagai lokasi wisata kuliner jelas GSVL, karena potensi kawasan tersebut yang sudah dikenal sejak dulu sebagai daerah wisata menarik."Pemerintah tinggal melanjutkan apa yang sudah diawali oleh masyarakat dengan menjadikan daerah ini sebagai daerah wisata potensial,"ingat Walikota Manado.
Penetapan pantai Malalayang sebagai lokasi wisata kuliner jelas GSVL, karena potensi kawasan tersebut yang sudah dikenal sejak dulu sebagai daerah wisata menarik."Pemerintah tinggal melanjutkan apa yang sudah diawali oleh masyarakat dengan menjadikan daerah ini sebagai daerah wisata potensial,"ingat Walikota Manado.
Sementara potensi wisata religi dan budaya spektakuler adalah
ditetapkannya ivent tahunan perayaan Cap Go Meh di kawasan Chinatown di pusat
Kota Manado. Setiap tahunnya ribuan wisatawan datang ke Manado yang untuk
menyaksikan berbagai atraksi menarik dari warga Manado etnis Tiongkok.
Tak kalah menariknya, festival budaya suku
Bantik yang penuh daya magis ikut menjadi daya tarik tersendiri, termasuk cagar
budaya Batu Buaya, Batu Kuangang, Batu
Bantik Rudis gubernuran Bumi Beringin, Batu Nipo, dan Batu
Sumanti Tikala Ares Waruga kompleks pekuburan Borgo, Waruga Dotu Lolonglasut,
Makam Kanjeng Sri Kedaton, Klenteng Ban Hin Kiong, Gereja Centrum, Minahasa
Raad, Makam Tentara Jepang (Pekuburan Teling), Meriam Kuno (kantor gubernur
Sulut), Katedral Gereja Katolik.
“30 objek wisata dan 66 cagar budaya di Kota Manado,
diantaranya, Patung Yesus Memberkati, Taman Nasional Bunaken, kawasan wisata
gunung Tumpa, pantai Malalayang, air terjun Kima Atas. Sementara ada 31 Velbox
( Velbox adalah sebuat tempat perlindungan atau pertahanan yang
dibangun pada masa penjajahan Jepang di Manado sekitar tahun 1940-an), 12 Goa
Jepang, 4 bunker,”terang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Manado, Hendrik
Warokka, S.Pd, DEA.
Data kunjungan wisatawan ke Kota Manado, baik wisatawan
Nusantara maupun Mancanegara yang tercatat pada Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Manado serta Dinas Pariwiata Provinsi Sulut, dengan
entry point melalui bandara Sam Ratulangi dan pelabuhan Samudera Bitung, dari
tahun –tahun terus mengalami peningkatan.
Hasilnya ditangan GSVL peningkatan kunjungan wisatawan 2014
mengalami peningkatan hingga 124,18 persen, yakni dari target 697.766 orang
menjadi 866.458 wisatawan baik local nusatara maupun Mancanegara. Pada tahun
2010 sebanyak 355.583, tahun 2011 sebanyak 552.397, tahun 2012 sebanyak
571,255, tahun 2013 sebanyak 732,428, tahun 2014 sebanyak 866.458 dan tahun
2015 per bulan Juni sebanyak 419.082. (lihat grafis)
Sementara, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terserap melalui
sektor pariwisata (pajak Hotel, Restoran dan Hiburan) terus meningkat dalam
masa kepemimpinan Walikota Manado DR Ir GS Vicky Lumentut.
Berikut perkembangan dan peningkatan PAD tahun 2010-2014: Tahun
2010 posisi PAD Rp 12,931,005,518. Tahun 2011 melonjak drastis hingga Rp
40,529,909, 657. Kemudian pada tahun 2012 menjadi Rp 47,009,645, 506 dan pada
tahun 2013 sebesar Rp 62,764,077,343. Selanjutnya
tahun 2014 mencapai Rp 65, 131,476,722. (lihat grafis).
“Untuk
mencapai ini semua, memang diperlukan kerja keras, kerja cerdas dan kerja
tuntas, sesuai arahan Walikota Manado. Kemudian ditunjang dengan Sumber Daya
Manusia (SDM) Dinas Pariwisata Kota Manado,”terang Warokka. (***)



Post a Comment