Suara Pembaharu ideas 2018

Organisasi Kemasiswaan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), 62 Tahun yang lalu tepatnya 23 Maret 1954 berhasil melaksanakan Kongres pertamanya berkat dukungan Presiden RI pertama Seokarno di Surabaya. Kongres pertamanya tersebut kemudian dijadikan momentum hari jadi (dies natalis) yang terus diperingati hingga hari ini.

GMNI sendiri lahir dari hasil proses peleburan tiga organisasi kemahasiswaan 62 Tahun lalu, yang memiliki kesamaan azas yakni, “Marhaenisme” ajaran Bung Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah,

Gerakan Mahasiswa Marhaenis (GMM) yang berpusat di Jogjakarta
Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berpusat di Surabaya
Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta

Hasil Kongres pertama ini pun mengesahkan nama GMNI sebagai hasil fusi dari ketiga organisasi tersebut, sekaligus juga menetapkan pimpinan nasional GMNI pertama, dan M. Hadiprabowo sebagai Ketua Umumnya.

Gagasan untuk proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa tersebut mulai muncul, ketika awal September 1953, Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan pergantian pengurus, dari Dewan Pengurus lama yang dipimpin Drs. Sjarief kepada Dewan Pengurus baru yang diketuai oleh S.M. Hadiprabowo.

Dalam rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di Gedung Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus keinginan untuk melakukan fusi terhadap ketiga organisasi yang se-azas itu dalam satu wadah. Keinginan ini kemudian disampaikan kepada pimpinan kedua organisasi yang lainnya, yang juga merespon positif maksud tersebut.

Sebagai tindak lanjut dari keinginan bersama untuk melebur, maka dilakukanlah beberapa pertemuan antara ketiga pimpinan organisasi mahasiswa tersebut, hingga tercapai kesepakatan dalam pertemuan berikutnya yang dilakukan di rumah dinas Walikota Jakarta Raya Bapak. Soediro, di Jalan Taman Suropati.

Beberapa kesepakatan yang lahir saat itu antara lain, ketiga organisasi setuju untuk melakukan fusi wadah (organisasi) bersama hasil peleburan tiga organisasi, berazaskan Marhaenisme Ajaran Bung Karno dan sepakat melaksanakan Kongres pertama GMNI di Surabaya.

Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan ini antara lain, Dari Gerakan Mahasiswa Merdeka Slamet Djajawidjaja, Slamet Rahardjo, dan Heruman). Kemudian dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis, Wahyu Widodo, Subagio Masrukin, dan Sri Sumantri Marto Suwignyo). Sedang dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia S.M. Hadiprabowo, Djawadi Hadipradoko, Sulomo.

Terbentuknya GMNI disambut positif juga kaum nasionalis marhaenis, dan diharapkan menjadi ujung tombak bagi kaum nasionalis-marhaenis dalam pertarungan ideologi, pemikiran, gagasan dan penggalangan pendukung di lingkungan perguruan tinggi. Hal ini dipandang penting, karena pada saat itu terjadi beberapa perbedaan pendapat dan sikap politik diantara kelompok politik yang ada, antara lain,

Pertama, Kelompok/aliran politik yang ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan ideology lain.

Kedua, Perbedaan pendapat tentang bentuk negara, antara negara kesatuan (unitaris) dengan negara serikat (federalis).

Ketiga, Perbedaan dalam menyikapi situasi perang dingin (cold war) antara blok barat (Amerika Serikat dan sekutunya) melawan blok barat (Uni Soviet dan sekutunya).

Keempat, Perbedaan pendapat antara mereka yang menganggap “Revolusi sudah selesai” dengan yang berpendapat “Revolusi belum selesai.”

Dalam momentum itu juga, ada beberapa pendapat GMNI dapat memperkuat penggalangan pemilih di kalangan generasi muda untuk memenangkan Pemilihan Umum 1955. Karena itu ada niat pimpinan PNI menjadikan GMNI sebagai bagian dari struktur partai. Tapi upaya tersebut ditolak GMNI yang lebih memilih status independen. Ketegangan pun muncul dari niat tersebut, antara GMNI dengan pimpinan PNI. Namun ketegangan tersebut tidak mengurangi kebersamaan dalam memenangkan Pemilu 1955. Sikap GMNI yang juga diikuti oleh ormas-ormas marhaenis lainnya, memaksa para elite PNI mengakomodasi kehadiran ormas dalam penentuan garis-garis politik partai, dan dalam Pemilu 1955 PNI harus menyertakan predikat “Front Marhaenis” sehingga menjadi PNI/Front Marhaenis.

Post a Comment

Suara Pembaharu

{picture#https://lh3.googleusercontent.com/-KxCpQnd7tqI/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAAJk/t239p-tSaZY/s120-c/photo.jpg} Media Online, Suara Pembaharu. Menyajikan Informasi Aktual & Terpercaya. {facebook#http://facebook.com} {twitter#http://twitter.com} {google#http://google.com} {youtube#http://youtube.com} {instagram#http://instagram.com}
Powered by Blogger.