Pembukaan diklat yang diikuti 30 peserta pejabat eselon III pusat dan daerah dihadiri Kabalitbang dan Diklat Kemenag Abdurrahman Mas’ud, Kapus Diklat Saeroji dan Kapus Pinmas Rudi Subiantoro.
Menurut Menag, penyakit birokrasi saat ini yaitu terbelenggu pada rutinitas tanpa punya makna khusus. “Pegawai harus memiliki inovasi, karena melayani masyarakat yang sifatnya dinamis. Kita jangan statis,” tandasnya.
Inovasi lanjut Menag, merupakan salah satu dari 5 budaya kerja Kemenag yang kini tengah digiatkan. 5 budaya kerja Kemenag yaitu profesional, integritas, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan.
Menag juga mengatakan, pegawai Kemenag seyogyanya memiliki kesadaran tentang posisinya sebagai pegawai yang mengurusi masalah keagamaan.
“Ini harus dipahami, meski sama-sama PNS, kita tidak sama dengan PNS lain. Pola pikir masyarakat kita semua dipersepsikan sebagai yang mengerti tentang agama,” ujarnya.
Menurut Menag, pegawai Kemenag harus memiliki kesadaran tentang hakekat Kemenag, bagaimana latar belakang sejarahnya dalam negara bangsa ini.
“Kita merawat warisan yang begitu mulia, jangan sampai menjadi lebih buruk yang akan kita wariskan kepada generasi berikut.
Dikatakan pula, Indonesia bukan negara agama, tapi agama memiliki tempat yang sangat strategis. Meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia bukan negara Islam, tapi juga bukan negara sekuler.
“Mari meletakkan nilai agama pada posisi yang strategis, sehingga bagaimana nilai agama pada tempat yang mulia dalam menata masyarakat yang majemuk. Karena nilai-nilai agama yang menyatukan keragaman yang sangat besar,” ucap Menag .
Post a Comment